ffffff
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
banner here

Minimal Wali Sosmed, Deh!

Sumber : NIMedia

Dewasa ini, dunia maya lebih ramai dari dunia nyata ini yang mana kita disibukkan dengan media sosial sekalipun sedang dalam forum nyata sekalipun. Namun kita masih sibuk di dunia maya. Kondisi ini tidak bisa disalahkan dan memang sudah masanya terjadi seperti ini. Maka dari itu seluruh elemen masyarakat dituntut untuk mengikuti perubahan yang ada agar tidak tertinggal dari peradaban.

Hal ini juga menjadi tantangan bagi santri yang harus mengikuti perkembangan jaman dan iptek. Berbagai upaya harus dilakukan untuk terus mengembangkan dan meng-upgrade kemampuan dan kompetensi agar keberadaan bangsa ini tetap lestari tanpa melupakan moral dan spiritual yang sudah menjadi tradisi sejak ratusan tahun lalu oleh Yai.

Pelbagai laman dan platform telah bertebaran dan mudah diakses melalui handphone di manapun dan kapanpun selagi ada koneksi internetnya. Kemudahan itu bisa dirasakan oleh seluruh kalangan disertai kebebasan berekspresi pula di dalamnya. Sehingga tidak menutup kemungkinan berbagai jenis konten yang menghiasi laman-laman itu. Mulai dari konten anak, hiburan, lawakan, romantisasi, penipuan, hingga hal tak senonoh dengan mudah berlarian di media sosial. Hal ini sangat disayangkan jika kemudahan itu tidak dimanfaatkan untuk dakwah.

Sebab jika yang beredar tidak diselingi dengan konten yang berbau dakwah, secara perlahan Islam akan tertindih oleh konten yang hanya hiburan semata. Islam nanti hanya akan tersebar di masjid dan dinding pesantren saja. Dan Islam tidak dikenali lagi serta terasingkan.

Maka sebagai generasi penerus, santri sudah selaiknya meneruskan pendahulu dengan merambah di dunia maya. Menggemakan nilai-nilai islami di tengah konten yang hanya hiburan semata. Hal ini pun menjadi salah satu metode dakwah baru yang tidak ada di zaman Nabi SAW. Dakwah via media sosial, Instagram, twitter, youtube, facebook, tiktok, website, dan masih banyak media lain yang dapat digunakan. Dengan meramaikan media sosial dengan konten islami, akan menciptakan algoritma tersendiri yang berkaitan dengan islami pula di laman lain. Sehingga konten-konten dengan tema yang sama perlahan memenuhi media sosial.

Maka dengan itu, santri harus pandai dan belajar untuk memahami media sosial yang kini menjamur di masyarakat. Santri sebisa mungkin bisa mengusai media sosial sebagai media dakwah yang mudah menjangkau banyak kalangan. Santri harus siap menjadi wali. Bukan sekadar wali murid atau wali santri kelak.

Wali merupakan seseorang yang mengusai suatu wilayah. Dahulu, seorang wali merupakan seorang yang menguasai berbagai masalah agama dan dekat dengan Allah. Kini santri juga bisa menjadi wali. Wali sosmed atau wali sosial media. Artinya santri yang menguasai sosial media. Di sini tidak diartikan sebagai pengguna pasif atau penonton saja tapi santri harus bisa memproduksi konten-konten islami dan menjadi penyambung lidah Yai di sosial media.

Santri jika tidak bisa menjadi wali kutubi maka jadilah wali sosmedi.


*meminjam qoul Habib Husein Ja'far Al Hadar

Dipta_edu
Dipta_edu Hanya seorang pembelajar

Post a Comment for "Minimal Wali Sosmed, Deh!"

Youtube