Musibah Al Khoziny, Membuka Wajah Dunia Pesantren dan Carut Marutnya Epistemologi Kaum Hedon Digital
![]() |
Sumber: ANTARA FOTO/Umarul Faruq |
Ponpes Al Khoziny, sebuah pesentren yang terletak di Buduran, Kec. Buduran, Sidoarjo dibawah Asuhan KH. R. Abdul Salam Mujib, sudah hampir lebih satu pekan ini menjadi buah bibir yang ramai diperbicangkan baik dari kalangan elit, menengah, bahkan orang awam yang tidak tahu soal pesantrenpun berkomentar panjang dan lebar. Tidak bisa dipungkiri musibah yang terjadi pada Senin, 29/9 ambruknya bangunan lantai 3 yang selesai dicor dan menimpa Mushola Pesantren, hingga hari ini sudah tercatat ada sekitar 60 santri meninggal dunia dan 104 dinyatakan selamat meski harus menjalani perawatan di rumah sakit sekitar.
Musibah yang
terjadi diluar kendali manusia ini, menjadi bahan perbincangan dan tidak
sedikit yang mengolok-olok dunia pesantren bahkan Sang Kyai yang dikenal Alim
KH. R. Abdul Salam dan Ahlul baitnya pun tidak luput dari cacian para Netizen dan
kaum Hedon yang tiba tiba menjadi ahli pesantren dan ahli dibidang bangunan.
Lepas dari itu
semua, mari kita tundukkan kepala dan berdoa membaca Al Fatihah untuk Para
Syuhada Santri, Keluarga besar pesantren serta wali santri yang masih berharap
ada keajaiban dari Alloh SWT. Semoga diberikan kesabaran, Al Fatihah ......
Banyak orang
akhir-akhir ini memang lebih tertarik menyekolahkan anaknya ke pesantren karena
selain "efisensi anggaran" Juga banyak yang berprinsip sekali dayung
2-3 pulau terlampaui, mungkin prinsip ini dimiliki oleh orang tua yang
berpikir bahwa sekolah di pesantren selain ilmu umum didapat juga bekal ilmu
agama secara full juga bisa dipunyai, diera gempuran digital yang sudah luar
biasa pesatnya. Tidak salah bahkan hal ini bisa dikatakan benar sekali, apalagi
untuk orang tua yang hanya sekedar berprinsip "daripada anak bermain HP
dan susah diatur kalau hanya sekolah umum saja".
Yang perlu
diketahui, pesantren adalah sebuah tempat magis yang disadari atau tidak
memiliki kekuatam diluar nalar manusia. Ada ilmu yang memang ditasharufkan,
namun ada berkah yang bisa dirasakan oleh setiap santri meski kadar rasanya
berbeda. Namun yang perlu jadi catatan tebal, pesantren tidak cuma sekedar
mengajarkan tapi mengaplikasikan langsung nilai-nilai keilmuan yang diajarkan.
Jika hari ini,. Dunia pendidikan sedang meramu sebuah metode deep learning. Maka pesantren sudah jauh-jauh hari bahkan ratusan tahun sudah mengaplikasikan
apa itu deep learning. Bagaimana tidak, deep learning yang hari ini masih
dilakukan seminar, workshop, pelatihan dsb. Pesantren sudah melaksamakan dengan
sangat sempurna.
1. Mindful
learning, aplikasi ini sudah diterapkan dengan metode sorogan di pesantren,
dimana kualitas santri diuji dengan mengamalkan hal sama dengan apa yang
diajarkan seorang kyai.
2. Meaningful
learning, metode bandongan dalam kajian kitab kuning sebagai sarana.
Pentasharufuan ilmu dari seorang Kyai kepada santri sesuai dengan kebutuhan
santri kelak ketika ia pulang. Banyak fan ilmu yang diajarkan dan disesuaikan
dengan kontemporer keislaman yang dinamis di masyarakat.
3. Joyful learning,
Syawir atau Bahtsul Masail sebagai ramuan yang mengasikan bagi santri, dimana
santri diajarkan untuk memecahkan berbagai masalah dan problematika masyarakat
dengan dasar pada kajian-kajian kitab yang bersumber pada Alqur'an, hadits, ijma' dan
juga qiyas yang mungkin bagi orang awam akan jadi perdebatan sengit tapi bagi
santri itu hal yang asyik poll.
Hari ini banyak
yang berkata, lulusan pesantren mau apa, di pesantren koq feodal sekali, bahkan
pesantren dianggap remeh temeh oleh mereka yang hanya mengejar gelar di bangku
kuliah. Yakin sepicik itu pemikiran kalian tentang pesantren?
Seorang Pengasuh Pesantren, Kyai, ustadz, mustahiq, punya tanggung jawab besar secara moril dihadapan Alloh SWT selain kepada wali santrinya. Seorang guru mengajarkan nilai luhur akan keilmuan yang dimiliki, menginginkan santrinya menjadi orang baik, taat dan bermanfaat. Nilai ketaatan yang diajarkan bahwa tidak ada yang lebih berharga selain keimanan, serta bekal menuju keimanan adalah dengan keilmuan.
Imam syafi'i pernah berkata
رَأَيتُ العِلمَ صاحِبُهُ كَريمٌ # وَلَو وَلَدَتهُ آباءٌ لِئامُ
"Seorang akan terlihat istimewa karena ilmunya meski ia terlahir dari orang tua yang biasa biasa saja". Bahkan Imam syafi'i juga menegasakan dalam syairnya,
حياة الفتى والله بالعلم والتقوى، إذا لم يكن لا تنظر لذاته
"Hidupnya seorang seorang pemuda, demi Alloh dengan
keilmuan dan ketaqwaan, jika ia tidak punya ilmu maka ia tidak ada harga
dirinya".
Dan Imam Al Ghazali dalam Ihyanya menuqil satu hadits dari Imam Abu Darda Al Ghifari,
ولا تكون بالعلم عالما حتى تكون به عاملا
"Tidaklah seorang
akan menjadi alim, Kecuali dengan mengaji dan tidaklah seorang menjadi kyai
kecuali dia menjadi santri, dan tidaklah seorang menjadi 'alim kecuali ia
mengamalkan ilmu yang ia punyai".
Maka tidak heran,
jika banyak didikan pesantren melahirkan generasi yang berilmu, siap
bermasyarakat, taat pada aturan agama serta memiliki jiwa tawadlu', serta
ta'dziman wa takriman kepada kyai, guru, ustadz, mustahiqnya baik ngaji di
mushola kampung ataupun di pesantren. Didikan inilah yang selalu diaplikasikan
dalan dunia pesantren karena wadzifahnya seorang santri adalah istiqomah. Baik
segi ubudiyahnya, muamalahanya juga. Karena syukrul 'ilmi al'amalu, wa syukrul
'amali ziyadatul ilmi (syekh Sahl At tustari, Hilyatul Aulia'). Cara mensyukuri
ilmu adalah dengan mangamalkannya, dan cara mensyukuri amal adalah dengan
menambah ilmu (ngaji).
Nilai hormat,
ta'dzim pada seorang guru adalah keniscayaan dan banyak orang menilai hal
tersebut bagian dari feodlaisme.
Dalam ta'limal Muta'alim, Imam Zarnuji mengatakan, Tamaluq itu dilarang kecuali dalam mencari
ilmu. Dan dasar daripada khidmat seorang santri kepada Gurunya adalah
kecintaan.
Natijatul hidmat al
mahabbah wamaelul qulub,
Kesiapan kita untuk
mengabdi murni karena rasa cinta yang kita miliki, dan keterikatan hati kita
kepada orang yang kita cintai
Lianal qulub
jubilat 'ala hubbi man ahsana ilaihaa
Karena hati kita
didesain oleh Alloh hanya mencintai orang-orang yang berbuat baik kepada kita.
Maka seorang santri
selain ta'dzim pada orang tuanya, ia pun ta'dzim pada gurunya, karena rasa
syukur dan cintanya atas keilmuan yang dimiliki adalah hasil tasharoful ilmi dari gurunya. (Laulal Murobi maa 'aroftu rabbi)
Al Khozini, mungkin
gagal dalam membangun bangunan tapi pesantren berhasil Mencetak santri yang
istimewa dengan keistiqomahannya, Tawadlu'nya, ketakdimannya bahkan puncaknya
berhasil. Mendidik ketaatan santri pada Rabb nya.
Kalau mau
mengkritisi bangunan dan menghilangkan rasa empati pada Syuhada santri dan wali
santri serta keluarga besar pesantren. Pertanyaanku cuma satu.
Sudahkah kalian
berkontrubusi untuk pesantren di sekelilingmu?
Dan pembenahan juga
harus di semua lini termasuk pemerintah yang terkadang sering ada bantuan
untuk. Pesantren tapi dengan "aturan" Diluar akal sehat diharuskan
menjadi bangunan yang ideal padahal, aaaahhh sudahlahhh...
Jangan pernah ragu memasrahkan anak kita ke pesantren, carilah kyai yang jelas sanad keilmuannya bukan asal gebyar nilai gratisannya tapi tak bisa dipertanggung jawabkan ilmunya.
Pada hari Selasa,
7/10 2025, Basarnas menyatakan secara resmi proses evakuasi dan pembersihan
reruntuhan pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. selesai dan dihentikan.
Jumlah korban terdata akhir adalah 67 Santri Syahid dan 104 dinyatakan
selamat, meski sampai hari ini ada santri yang juga akhirnya meninggal yakni
Haikal yang sudan dilakukan upaya perawatan kesehatan. Untuk semua korban Meninggal Dunia,
wali santri dan keluarga Pesantren Al Khoziny, Alfatihah..
Setelah
dirampungkannya semua proses evakuasi, tidak serta merta musibah Al Khoziny
menjadi rampung dan tenang. Banyak pro kontra yang terus didengungkan di dunia
maya maupun jadi perbincangan hangat dikeseharian masyarakat, serta memunculkan
ahli fatwa baru dalam dunia kepesantrenan, maupun bidang lain seperti ahli
bangunan dadakam, ahli hukum dadakan, bahkan ada yang terang terangan
mengatakan pengasuh Alkhoziny ber SDM rendah, hal ini disampaikan oleh Guru
Gembul yang kami tidak tau asal usulnya juga dan sandangan guru yang
diterimanya.
Tuaian tajam selain
karena runtuhnya bangunan pesantren, juga lebih tajam komentar tentang
statement KH. R. Abdus Salam Mujib selaku pengasuh Pesantren Al Khoziny yang
memuat tigal hal yakni Takdir, Musibah, dan Alloh akan mengganti yang lebih
baik. Sumpah serapah dan cercaan banyak sekali dilontarkan oleh masyarakat
awam namun tidak sedikit juga yang lebih berempati ketimbang mengomentari buruk
tentang musibah al khoziny
Antara Musibah,
Takdir, Pandangan fikih dan perspektif hukum positif Indonesia
Musibah
Imam Junaid al
baghdadi, seorang ulama tasawuf yang menjadi salah satu rujukan Ahlussunnah wal
jamaah, beliau pernah ditanya terkait Musibah.
Qaala Al-Junaid Al-Baghdaadii Rahimahu Allahu Ta'aalaa : Kaifa A'rifu Al-Balaa`a Hal Huwa 'Iqabun Min Allahu Am Kaffarah Am Irtiqaa`un Wa Raf'ah?
Fa-ajaba Radliyallahu
'Anhu Idzaa Ghadhibta Fahuwa Ghadlhubun Min Allahu Wa Sakhatun Wa Idzaa
Shobarta Fahuwa Kaffarah Wa Idzaa Radliita Fahuwa Irtiqaa`un Wa Raf'ah.
Sudut pandang
Musibah menurut Imam Junaid Al Baghdadi
1. Jika kamu marah
maka Musibah adalah adzab Tuhan untukmu
2. Jika kamu sabar
maka Musibah adalah pelebur dosa
3. Jika kamu rela
dan ridlo, maka Musibah adalah wasilah untuk peningkatan derajat untukmu
Musibah bagimu di
posisi mana?
Musibah janganlah
kemudian diartikan sebagai bentuk bencana yang besar saja, akan tetapi sesuatu
yang terjadi pada diri kita yang menurut kita tidaklah sesuai pun bisa
diartikan sebagai musibah, misal saja, sudah berulang kali menjalin hubungan
untuk niat pernikahan nyatanya sering kali putus dan bergonta ganti pasangan
hingga belum menemukan, bisa jadi itu bagian dari musibah menurut pandangan
tasawuf.
Runtuhnya bangunan
pesantren Al Khoziny buduran memang bentuk musibah yang akan menjadi hikmah
bagi kita semua khususnya dunia pesantren, namun hal tsb tidaklah serta merta
menjadikan semua orang menerima dengan dalih takdir karena adanyaa kelalain
menurut "mufti dadakan" dalam hal konstruksi bangun yang kemudian
tidak sedikit yang secara terbuka tanpa etika menyalahkan secara kasar terhadap
pengasuh dan keluarga ndalem Al Khoziny. SDM rendah lah, kalau gak punya SDM
gak usah buka pedantren lah, inilah itulahhh... dengan luapan emosi yang seakan
pesantren, pengasuhnya tidak layak sama sekali untuk membuka mentasharufkan
ilmunya. Yakinkah hanya demikian?
Terlalu naif, kalau
hal itu dinisbatkan pada dunia pesantren khusunya Al Khoziny, pondok yang sudaj
ratusan tahun dan banyak mencetak ulama hebat di Nusantara seperti Mbah Kholil
Bangkalan, Mbah Hasyim Asy'ari Tebu Ireng, Mbah Wahab Hasbullah Tambak beras
dan masih banyk lagi.
Takdir,
Hujaman pedas
ditujukan pada yai salam selaku pengasuh, ketika beliau berkata bahwa musibah
Alkhoziny adalah Takdir. Masyarakat luas berasumsi bahwa dalih takdir hanyalah
alasan untuk lepas tanggung jawab atas paa yang terjadi pada Pesantren Al
Khoziny kemaren.
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا
فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ
ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ
Artinya:
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah."
(QS Al-Hadid: 22).
Jika melihat ayat
tersebut, sudah sangat jelas bahwa apa yang terjadi hari kenaren pada Al
Khoziny dan apa yang terjadi pada diri kita adalah bentuk kuasa Alloh SWT.
Namun, bukan berarti semuanya dipasrahkan akan jalanya takdir saja. Yang perlu
diketahui, yai salam ngendika Takdir adalah bentuk penguatan batin beliaunya,
untuk menenangkan hati atas musibah yang menimpa pesantren dan santrinya. Sikap
beliau ini bukan berarti lepas daei tanggung jawabnya sebagai pengasuh tapi
bentuk penjagaan atas keimanan beliau kepada Alloh SWT.
Syekh Abdul Qadir
Aljailany, mengatakan bahwa musibah bukanlah bentuk adzab Alloh kapada kaum
mu'min, melainkan cobaan yang menguji seberapa kuat iman hambanya akan kuat
mengahdapi atau justru tergelincir imannya dengan menyalahkan atas kuasa Alloh
SWT.
Ibnu Ath Thoillah
As Sakandary dalam Hikam mengatakan
"Sawabiqul
himmam laa tuhriq aswaral aqdar"
Kemauan keras tak
mampu menerobos pagar takdir (kira-kira demikian)
Kata himmah kalau
kita takwil secara perinci maka akan ada 3 kategori
1. Adanya Kemauan
tapi tidak ada upayaa maka tidak akan ada hasil.
Hal ini bisa
dicontohkan, aku akan datang ke pengajian untuk dapat menambah khasanah
keilmuan tapi hanya sebatas kemauan tanpa dilakukan, jadinya tidak hadir dalam.
Pengajian, maka tidak mendapatkan apa yang diinginkan
2. Adanya Kemauan
yang kuat dan dibarengi dengan upaya yang nyata baik adanya hasil ataupun
tidak.
Pesantren Al
Khoziny tentunya tidak punya niat membangun dengan asal-asalan, akan tetapi
berniat memberikan pelayanan kenyamanan kepada santrinya. Proses pembangunan
yang sudah berjalan hampir 9 bulan lebih sebagai bukti bahwa pesantren
membangun tidak dengan cara instan, selain itu ikhtiar dan ikhtiat pastinya
sudah dilakukan, namun hasil yang Al Khoziny inginkan ternyata berkata lain
sehingga bangunan ambruk.
3. Kemauan kuat
tanpa upaya dan memiliki hasil
Untuk yang demikian
kita jarang jumpai karena hanya dimiliki oleh Rasul, Waliyulloh dan Para Wali
Syetan yakni penyihir.
Dan Pesantren Al
Khoziny dalam hal ini, saya yakin sudah sangat menyiapkan dan memperhiyungkan
kondisi bangunan, tanah, manfaat serta dampaknyaa sebelum mulai membangun. Jadi
jangan kemudian serta merta hanya berseloroh pantas roboh karena struktur bangunanny
ngawur dsb, atau mengatakan SDM rendah, dan sengaja ingin mencelakai santrinya.
Nauudzubillah. Pengasuh, Keluarga ndalem, pengurus bukanlah orang bodoh yang
baru kemaren sore membangun, yang menyulap bangunan sehari dua hari jadi kaya
RTLH, bukan tapi pesantren akan membangun karena adanyaa kebutuhan manfaat agar
para santri bisa terfasilitasi dengan baik, dan Yai salam pun tau persis bahwa
beliau mengatakan takdir bukan untuk lari dari tanggung jawab tapi lebih pada
menenangkan hati sebagaiamana kesepakatan para ulama
Wa qad ajma'a ahlul
islami 'alaa anna al-qadara yata'azzazu bihi ahlul masa`ibi wa laa yuhtajju
bihi fil ma'aabi.
Takdir itu sebagai
penguat dan pelipur hati untuk orang yang terkena musibah, bukan sebagai dasar
untuk dijadikan alasan lari dari tanggung jawab atas kesalahan.
Kajian Fiqih dan
Perspektif Hukum Positif Indonesia
Menurut Syekh
Izuddin bin Salam sebagaimana dijelaskan dalam kitab Irsyadul Ibad,
sesungguhnya musibah yang menimpa orang mukmin tidak mengandung pahala, sebab
musibah bukanlah atas usahanya. Akan tetapi, pahala itu terletak pada kesabaran
atas musibah tersebut. Namun, dijelaskan berikutnya bahwa musibah adalah
pelebur dosa sekalipun orang mukmin yang ditimpanya tidak sabar, sebab tidak
ada syarat bagi pelebur dosa untuk diusahakan oleh seorang mukmin.
Dan yang paling
ramai dipeebincangkan dalam. Musibah Alkhaziny adalah tentang Banyaknya Korban
Santri yang meninggal dunia melebihi banjir Bali. Hal tsb disangkut pautkan
dengan Hukum Pidana yang berlaku di Indonesia, meski musibah tsb bukanlah delik
aduan, tapi delik umum yang memang bisa diproses secara obyektif oleh APH dan
para ahli di bidangnya karena disangkakan ada kelalaian yang menyebabkan MD,
Dalam hal ini, kajian fikih islam sudah sangat mengatur tentang hal tsb. Adanya
Qatl Al Khata' maupun santri yang terluka. Pihak Ndalem Pesantren Al Khoziny
pun sangat paham akan konsekuensi tentang hukum fikih tsb. Adaanya Diyat dan
Kafarat.
Dalam suasana duka
akan musibah, tanggung jawab dan ketegaran dewan Pengasuh serta ahli ndalem
mulai bertakziah kepada keluarga, wali santri Korban baik yang MD, maupun yang
dirawat di rumah sakit. Meminta maaf,. Mendoakan dan memberikan santunan kepada
keluarga santri, inilah bentuk tanggung jawab dalam. Pelaksanaan diyat dan
kafarat bahkan Pihak Pesantren berniat membadalkan umroh untuk santri yang MD
dan semua biaya pengobatan ditanggung oleh Pihak pesantren.
Perbedaan utama
dalam fikih dan hukum pidana pada Mudibah Al Khoziny adalah fokusnya: hukum
pidana berfokus pada sanksi hukum dan efek jera bagi pelaku, sementara fikih
berfokus pada pemulihan dan tanggung jawab moral melalui diyat (tebusan darah)
atau hukuman lain yang diatur Syariat.
Pengasuh Al Khoziny
tidak mengharapkan musibah ini terjadi termasuk kita semua bahkan sampai berniat
menghilangkan nyawa santrinya, namun semua ikhtiar, doa sudah dilaksanakan agar
pesantren bisa memberikan kenyamanan pada santrinya, namu Alloh berkehendak
lain. Mari ambil hikmah nyaa dan tetaplah pada porsi kita, jangan berlebihan
dalam berkomentar apalagi yang bukan porsi kita, krena khawatirnya kita masuk
dalam golongan orang yang dlolim (menempatkan sesuatu bukan pada
porsinya/mengatakan sesuatu bukan pada kapasitasnya)
Mari kita tunggu
yabg terbaik dari musibah al khoziny, mohon doa kebaikan semua agar keluarga
besar Pengasuh, Wali Santri Al Khoziny diberikan kebaikan lebih dari Alloh SWT
Jangan pernah ragu
untuk terus memondokkan anak kita di Pesantren. Karena peradaban bangsa ada
didalamnya, dan generasi ukhrowi dalam genggamannya.
Tabik,
Mohammad Luqman
Tukang Nata Sandal
di Pesantren Nurul Iman
Pasir Wetan,
karanglewas, Banyumas
Post a Comment for "Musibah Al Khoziny, Membuka Wajah Dunia Pesantren dan Carut Marutnya Epistemologi Kaum Hedon Digital"
Post a Comment